Di SMP Al Hamra, pagi bukan hanya tentang persiapan belajar akademik, tetapi juga tentang menyelami firman Allah. Sebelum bel pelajaran umum berbunyi, suasana sekolah telah diisi dengan lantunan ayat-ayat suci dari para santri yang tengah menghafal. Ini bukan sekadar rutinitas, tetapi bagian dari perjalanan mereka dalam mencintai Al-Qur’an, menjadikannya teman dalam kehidupan, serta menanamkan nilai-nilai spiritual di dalam hati mereka.
Dari pukul 07.00 hingga 09.30, seluruh santri larut dalam aktivitas tahfidz. Beberapa duduk di dalam kelas, dengan mushaf terbuka di atas meja kayu, jari-jari mereka mengikuti baris demi baris ayat yang sedang mereka hafalkan. Beberapa lainnya duduk di teras kelas, bersila di atas lantai yang sejuk, membiarkan udara pagi menemani perjuangan mereka dalam mengingat dan memperkokoh hafalan.
📖 Antara Hafalan Mandiri dan Setoran Hafalan
Metode yang diterapkan dalam kegiatan ini cukup sistematis. Para santri tidak hanya duduk dan membaca, tetapi ada tahapan yang mereka lalui. Pertama, mereka menghafal secara mandiri. Ada yang membisikkan ayat-ayat dengan suara pelan, ada pula yang menuliskannya di buku catatan sebagai cara untuk lebih mengingat. Mereka tahu bahwa hafalan yang kuat butuh pengulangan berkali-kali, bukan hanya sekali baca lalu lupa.
Setelah merasa hafal, mereka bergabung dengan kelompok kecil yang terdiri dari enam santri, di bawah bimbingan seorang hafidz atau hafidzoh. Pendamping ini memiliki peran penting, tidak hanya menyimak hafalan santri tetapi juga membantu memperbaiki kesalahan bacaan, memastikan makharijul huruf dan tajwid mereka sesuai dengan aturan. Dengan bimbingan ini, para santri tidak hanya sekadar hafal, tetapi juga memiliki pemahaman yang benar dalam membaca Al-Qur’an.
Kemudian, tibalah momen setoran hafalan. Setiap santri maju satu per satu di hadapan pendampingnya atau ustadz/ustadzah tahfidz. Dengan suara lirih tetapi penuh keyakinan, mereka melantunkan ayat-ayat yang telah mereka hafalkan. Ada yang lancar tanpa kendala, ada pula yang masih ragu-ragu, terkadang mengulang ayat sebelumnya untuk memastikan hafalannya benar. Sang ustadzah tersenyum, sesekali memberikan koreksi, dan ketika santri berhasil menyelesaikan setoran dengan baik, wajah mereka pun berseri-seri.
🌿 Ketenangan di Teras Kelas: Tempat yang Nyaman untuk Menghafal
Sementara sebagian santri berada di dalam kelas, beberapa lainnya lebih memilih suasana terbuka di teras kelas. Berada di ruang yang lebih luas dan sejuk, mereka bisa lebih leluasa dalam menghafal tanpa merasa terbebani oleh suasana formal. Duduk bersila di lantai, mereka bersandar pada dinding atau sekadar menatap langit pagi, sambil mengulang-ulang ayat dalam hati.
Di salah satu sudut, terlihat seorang santri laki-laki dengan seragam khas pesantren—jas merah dan peci hitam—menghafal dengan penuh khidmat. Tangannya memegang mushaf kecil yang tampak sudah sering digunakan, halamannya penuh dengan tanda dan coretan kecil sebagai catatan hafalan. Di sebelahnya, seorang teman sedang menyetorkan hafalannya kepada seorang ustadzah yang duduk dengan tenang, mendengarkan dengan saksama.
Di sudut lain, seorang santri perempuan dalam balutan jilbab hitam tampak tekun membaca ulang hafalannya sebelum maju menyetor. Wajahnya penuh ketegangan, tetapi juga semangat. Ia tahu bahwa hafalan ini bukan hanya sekadar tugas, tetapi amanah yang harus dijaga.
💡 Bukan Sekadar Menghafal, Tetapi Menanamkan Nilai-Nilai Kehidupan
Di balik kesibukan mereka dalam menghafal, ada nilai-nilai yang tertanam di hati santri. Kegiatan ini bukan sekadar mengulang kata demi kata, tetapi juga melatih kedisiplinan, ketekunan, dan keikhlasan. Mereka belajar bahwa untuk menjadi seorang hafidz atau hafidzoh, dibutuhkan kesabaran dan kerja keras.
Lebih dari itu, kegiatan ini juga menumbuhkan rasa kebersamaan. Dalam kelompok hafalan, mereka saling membantu, menyemangati ketika ada yang kesulitan, dan berbagi tips untuk memperkuat hafalan. Tidak jarang, seorang santri yang lebih cepat hafal akan membantu temannya yang masih tertinggal.
Setelah sesi tahfidz selesai, para santri melipat mushaf mereka dengan hati-hati, menyimpannya dengan penuh rasa hormat. Kini, mereka siap memasuki sesi pelajaran umum dengan pikiran yang lebih segar, hati yang lebih tenang, dan tentunya dengan keberkahan dari Al-Qur’an yang telah mereka baca di pagi hari.
Di SMP Al Hamra, pagi bukan hanya tentang memulai hari, tetapi juga tentang mendekatkan diri kepada Allah melalui kalam-Nya. Suara-suara mereka yang melantunkan ayat-ayat suci menjadi saksi bahwa generasi pecinta Al-Qur’an terus tumbuh, membawa cahaya Islam dalam kehidupan mereka.