Semangat pagi semuanya
Masih seperti kondisi sebelumnya, saya belum fit benar untuk kembali menulis secara rutin. Tapi melihat om @happyphoenix tetap semangat menulis di komunitas satu jiwa ini, dan juga saya sering melihat tik tok emak emak PIK lempar-lempar kaleng wisman, saya akan mencoba menyemangati diri ini untuk ikut menulis.
Terus terang bukan saya kehabisan topik atau ide untuk menulis, tapi memang saya kehabisan semangat atau niatan untuk menulis. Ada beberapa topik yang bagus, materialnya dah siap tapi sayanya males untuk menulis tentang itu. Kalau gitu saya akan coba pilih topik yang biasa biasa saja, yaitu tentang kehidupan diriku ini sekarang yang ga jelas.
Sering kali saya sharing tentang makanan-makan murah yang bisa kita dapatkan dan masih sehat, beneran ini lebih sehat dari program makan bergizi gratis pemerintah. Ok sambil pakai contoh ya:
Makanan saya ini cuma sepulih ribu rupiah ya, kalau tambah susu susuan bisa cuma lima belas ribu rupiah dan ini harga Jakarta bung..Lauknya cuma buncis, kerupuk sama telur dadar, tapi saya yakin walaupun cuma 3 volumenya lebih banyak dari makan bergizi gratis yang ada sekarang.
Mayoritas teman saya berpikir kalau saya share beginian, pasti lagi frugal living. Ya tidak salah juga seh, sudah 20 tahun lebih standar hidup saya ga berubah dari titik ini, mungkin sudah jauh turun dibanding 10 dan 20 tahun lalu.
Apakah bisa lebih frugal dari ini? Jawabannya tidak bisa, ini dah paling murah. Tapi lebih kere masih bisa lagi, bagaimana caranya?
Ya tinggal makan tidak pakai meja aja, dah jamin kelihatan kere banget. Berbahagialah orang orang yang masih bisa makan di atas meja karena kadang saya makan tidak ada lagi mejanya.
Tapi bercanda seh, bukan saya tidak punya meja untuk makan lagi. Tempat di sana memang tidak ada mejanya, dan saya yang lumayan baik dalam beradaptasi, bisa makan dengan normal meskipun tidak pake meja. Maklum, sering makan gratis kondangan, biasa standing party ga pake meja..
Tuh kan saya jadi lupa, tadi mau nulis apa, outlinenya ga ada langsung main nulis kayak brainstorming aja, dan akhirnya begini deh kesasar mau kemana dah lupa. Pasti om @happyphoenix ama om @ekavieka jadi senang ada teman menulis awut awutan nyasar lupa tujuan.
Ok singkat cerita, saya yakin apa yang mau saya sampaikan sudah ada di atas, tapi kalau belum lengkap, saya bagikan pembicaraan telpon saya dengan paman saya. Beliau menelpon ingin tahu kabar saya dan keluarga, terutama semenjak ayah saya tidak ada lagi. Di situ saya sampaikan salah satu kekhawatiran hidup saya.
saya:
Masalahnya dia sendiri tidak tahu maunya apa. Cuma ngedumel marah-marah, tapi ga sadar sampai sekarang waktu itu sudah berlalu lama. Covid itu masalah 3-4 tahun lalu, bukan sosok atau momok yang masih mencekam sampai sekarang. Sekarang orang-orang sudah move on, dianya ga jelas ke mana
paman saya hanya menjawab begini:
Kamu salah, kamu jangan begitu mikirnya. Biarkan dia tenggelam sendiri, kamu jangan ikutan tenggelam karena nahan dan ngangkat dia. Manusia itu di saat kepepet, di saat terdesak, kemampuannya meningkat. Biarkan dia menyelesaikan masalah hidup dia sendiri, kamu hanya bisa percaya dan berdoa untuk kebaikannya.
Mungkin paman saya ada benarnya, dan mungkin ada salahnya juga. Menurut ki sanak bagaimana?
Saya harap tulisan spontan saya ini bisa memberikan warna berbeda, meskipun saya tahu awut-awutan outline dan intinya. Terima kasih ya sudah mampir membaca
Posted Using INLEO
